Kamis, 25 Agustus 2016

Me , my business, and design: Menuliskan dunia dengan hati

Me , my business, and design: Menuliskan dunia dengan hati

Menuliskan dunia dengan hati

Menuliskan dunia dengan hati.


Menulis, tentu tidak perlu dijelaskan makna kata menulis, semua orang pasti paham. Tapi menulis punya arti tersendiri bagi saya. Menulis adalah bagian dari hidup yang tidak bisa terlepas.

Menulis adalah terapi hati, ketika masalah datang bertubi-tubi, dan saya merasa sendiri, saat itulah saya menulis, menumpahkan segala emosi dan pikiran negatif di kepala. Kenapa saya menulis, atau kenapa kalau menulis? Setiap orang punya cara dan prespektif tersendiri dalam menyampaikan emosi dan personalnya.

Menulis itu sebuah kenikmatan, eksotisme otak dan hati yang sedang bergandengan mesra. Merangkai barisan kata menjadi sarat makna. Melihat sosok imajiner dalam wujud nyata di dalam sebuah cerita adalah kepuasan tersendiri.

Saya tidak bermimpi muluk tentang kepenulisan. Saya hanya ingin menulis, membiasakan diri untuk tetap menulis, kalaupun tulisan saya dihargai dan mendapat kan apresiasi iru adalah bonus.

Baiklah mungkin akan munafik jika saya bilang tidak berharap bisa berpenghasilan dari kepenulisan, tetapi saya merasa yang perlu saya lakukan saat ini adalah terus mengasah skil menulis saya, karena apapun bidang nya, jika kita sudah mumpuni maka tanpa harus gembar gembor dimana-mana maka orang yang akan mencari jasa kita.

Karenanya saya memaksa diri saya sendiri untuk terus menulis. Melihat dari banyaak sudut pandang, membaca lebih banyak. Mendengar lebih banyak. Agar tulisan saya mempunyai isi dan ruh.
Dan terjun ke dunia bisnis online semakin mendekatkan saya pada dunia menulis. Kini menulis bukan lagi keisengan semata. Saya harus menulis karena olshop bergantung sepenuhnya kepada tulisan saya. Mulai dari iklan di media sosial, sampai komunikasi pribadi dengan para customer agen dan reseller juga para supplier. Semua menggunakan tulisan sebagai medianya.

Mau tidak mau saya harus upgrade ilmu, mengasah skill. Seumpama pisau yang akan menumpul jika tak pernah diasah. Saya ingkn menjadi pisau yang sudah terasah. Hingga dapat menuliskan sesuatu yang mampu menyayat pemikiran setiap pembaca nya. Hingga mereka mengangguk-angguk dan membaca hingga tuntas.

Tentu tidak mudah prosesnya, akan butuh waktu tenaga dan pikiran yang harus dikorbankan, terutama bagi full time mom seperti saya. Harus pandai menyesuaikan waktu.

Tetapi saya yakin tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Apapun itu saya tetap akan menulis , meski yg saya miliki hari ini hanya sebuah alat dalam genggaman saya tetap menulis, bahkan jika hanya kertas dan pensil yang saya punyapun, saya akan tetap menulis.

Hahaha membosankan bukan. Itulah kenapa saya perlu mentor untuk menulis. Sebenarnya saya lebih menyukai sastra. Puisi, novel dan cerpen. Karenanya saya lebih banyak menulis fiksi. Tetapi sejak lama saya ingin sekali menulis sebuah buku tentang remaja. Dunia remaja yang abu-abu terkadang begitu sulit dijabarkan.

Ketika saya remaja, saya membaca banyak buku, mencoba mencari sudut pandang baru dalam masalah yang saya hadapi. Tetapi lebih banyak buku yang saya baca penulisnya mengamati dari sudut pandang orang tua. Yang akhirnya bukannya menjadi sebuah pemahaman bagi saya yg remaja kala itu, justru menjadi judgement book. Ya buku pengadilan.

Karenanya jika ada kesempatan saya menulis, ingin sekali menulis tentang dunia remaja, buku yang akan menjadi sahabat bagi mereka, buku yang akan membantu mengungkapkan apa yg ada dikepala mereka. Dunia galau mereka dunia abu-abu mereka dari sudut pandang. Mungkin juga bisa menjadi sebuah buku yang bisa mendampingi para oranv tua memahami isi kepala anak-anaknya.

Hemm, menulis memang adalah dunia yang nikmat penuh eksotisme, tak terasa jemari ini telah menari-nari menuliskan kisah diri dan mimpi-mimpi. Menulis adalah kebutuhan saya. Menulis adalah dunia saya, mau fiksi atau non fiksi saya tidak terlalu perduli. Bagi saya papun itu walau hanya sebaris iklan di medsos tetaplah namanya menulis.

Dan hal yang paling melenakan adalah ketika kita bisa menuliskan tentang isi kepala kita, mimpi-mimpi kita, bahkan mungkin luka kita? Jiwa kita yang meronta mencari cara untuk mengumbar emosinya. Menulis adalah jawabannya.

Menulis dari hati, menulis dengan jiwa. Agar sebuah tulisan punya makna dan nyawa yang langsung menggetarkan hati, dan membuat para pembacanya larut dan berkata "ini gue banget", menulis dengan rasa yang akan mengajak para pembacanya merasakan getaram hati dari sang penulisnya.

Menulis adalah skill dasar yang wajib dimiliki oleh semua orang, ketika anak-anak hal pertama yang diajarkan di sekolah adalah tentang membaca dan menulis. Tetapi pada kenyatannya banyak orang yang membuat batasan dirinya dengan berkata. "Aku gak bakat nulis" dan saya pernah termasuk dalam golonga  orang-orang itu.

Tetapi semakin sering saya menulis semakin saya sadar bahwa menulis bukan bakat, menulis adalah skill yang bisa diperoleh melalui proses latihan dan konsistensi.

Dan artikel panjang ini adalah tugas menulis pertama dari sebuah grup menilis yanv baru saja saya ikuti. Grup yang akan melecut semangat para membernya utuk tetap menulis. Grup yang akan membantu kami para membernya menjadi penulis-penulis hebat masa depan. Grup yang akan membimbing kami untuk meraih mimpi menjadi penulis.

Saya, Ninuk sumar. Seorang perempuan dan ibu dari dua malaikat kecil saya, istri dari seorang suami , yang memiliki impian besar untuk bisa mandiri secara finansial. Dan berkarya tapi tanpa harus meninggalkan rumahnya. Tinggal di kota pahlawan Surabaya, dan lulusan SMK negeri 1 surabaya angkatan 2003. Belum pernah menerbitkan atau mempublikasikan tulisan di manapun tetapi tetap bersemangat untuk menulis.

Surabaya, 26 Agustus 2016.
Ninuk sumar

Selasa, 02 Agustus 2016

ASI EKSLUSIF DAN ALERGI, HUBUNGANNYA APA?


ASI dan Alergi anak, hubungannya apa?




Asi adalah makanan pertama Bayi. Sumber nutrisi yang mengandung vitamin dan mineral serta colostrum yang tidak didapat kan dari susu Formula. Termasuk Anti Alergi. Bayi dari ibu yang yang tidak Alergi 15% beresiko Alergi. Sedangkan dari Ibu pembawa Alergi resiko meningkat menjadi 60%. Anak dari ayah dan Ibu pembawa riwayat Alergi 99% akan mengalami Alergi. (Berdasarkan poster yang saya baca dari Poli Alergi Anak RSUD DR. Soetomo soerabaya).
Cerita ini adalah pengalaman pribadi saya. 3 kali melahirkan dengan 3 kali cerita tentang Asi yang sangat berbeda.

Birth 1.

Menjadi ibu adalah sebuah mukjizat yang diberikan Tuhan secara langsung kepadaku, sebagai seorang wanita menjadi seorang ibu adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Ketika bisa mempersembahkan buah cinta dari sang pujaan hati. Tentu sebuah masa yang penuh debaran tetapi membahagiakan. Kehamilan pertama itu berjalan biasa saja. Ketika hasil USG menyatakan bayinya laki-laki, saya dan suami begitu antusias. Tetapi kami hanya manusia, Tuhan berkehendak lain. Jabang bayi yang telah kami persiapkan sebuah nama nan gagah Akbar Rahmat Pradana itu diambil kembali 26 jam setelah di lahirkan. 
Bisa apa kami, kami pulang dari rumah sakit bersama jasadnya. Hari pertama terlewati dengan biasa saja. Memasuki hari kedua saya merasakan nyeri hebat. Disamping luka jahitan yang terasa nyeri semalaman saya menangis menahan rasa sakit yaang begitu hebat. Ya payudaraku penuh. Sakit yang mendera menjalar ke seluruh tubuh. Saya demam tinggi. Suami yang masih awam mencari bantuan. Memanggil tetangga dan meminta datang. Tetangga bilang payudar saya penuh. Diperas saja. Karena sudah tidak tahan dngan nyerinya sayapun menurut saja. Saya memerah ASI pertama dalam hidup. Dengan linangan airmata yang tak kunjung berhenti, bukan hanya karena rasa sakit dan nyeri. Tetapi pilu menyaksikan ASI yang harus dibuang. Seharusnya ASI ini menjadi makanan pertama anak saya. Menjadi nutrisi yang mengiringi 1000hari pertama kehidupannya.
Selama seminggu saya terus memompa ASI dan membuangnya dengan ribuan rasa bersalah. Sampai akhirnya saya menyerah. Tak sanggup merasakan pilu ketika memerah. Saya biarkan ASI ini berhenti dengan sendirinya.  

Birth 2
Dua tahun kemudian Tuhan mengijinkan saya melahirkan kembali. Kali ini seorang bidadari cantik di titipkan pada kami. Kebahagiaan saya membuncah. Saya yang awam dan tidak paham tentang cara merawat bayi kebingungan. Sejak dari rumah sakit Bayi saya telah diberi susu Formula. Keterbatasan ilmu membuat saya kebingungan saat ASI  belum keluar. Semua menyarankan untuk membantu dengan susu formula. Saya yang gak ngeh dengan dunia perASIan nurut saja. Yang penting bayi saya minum susu dan tidur jadi aku bisa tidur. Mungkin pemikiran yang aneh. Atau saya yang belum siap jadi ibu. 
Sebelum 40 hari saya sambi sufor dan ASI.Tepat 40 hari saya dipanggil bos tempat saya bekerja. Saya diminta untuk segera masuk kembali karena saya mengambil cuti 1 minggu sebelum melahirkan. Dan bodohnya saya menurut saja. Jadilah saya pergi bekerja. Si cantik yang kami panggil Bunga kami titipkan kepada salah satu kakak ipar. Tak tega rasanya meninggalkan buah hati yang masih sekecil itu kembali bekerja. Dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Saya ingat bagaimana saya menangis, tak berani melawan keadaan itu. Sesuatu yang akan saya sesali seumur hidup. 
Hari kedua saya diberi kabar. Oleh pengasuhnya Bunga sudah diberi MPASI. Dan lagi-lagi karena kebodohan saya saya hanya tersenyum mendengar Bunga lahap memakan Pisang yang di kerok. Kebodohan yang juga saya sesali hari ini. 
Kenapa saya sesali karena tepat 2 minggu saya masuk kerja kembali. Bunga batuk pilek. Dibawalah ke dokter, dokter memberikan resep obat. Good. Bapilnya membaik. Tetapi  hanya bertahan 2 minggu. Bunga kembalu Batuk Pilek dan kali ini dengan nafas yang tersengal-sengal. Mendapat telephon saya buru-buru pulang. Kami bawa kembali ke dokter. Dan saya ingat Bunga baru 2 bulan ketika dokter itu meminta Bunga untuk Nebulizer karena lendir di saluran nafasnya terlalu banyak dan tidak bisa keluar menyumbat pernafasannya. Sedih, kesal. Dokter menyarankan untuk memberikan sufor Soya dan menghentikan pemberian pisang.Ok saya turuti. Yang saya lupa. Di saat Bunga usia 40 hari itu sang pengasuh meminta saya menyapih karena Bunga mengalami sariawan, berupa bercak putih di mulutnya. Dan saat itu saya menurut. Karena kebodohn saya, percaya begitu saja bahwa penyebabnya karena saya makan minum yang panas. Yang mempengaruhi ASI saya sehingga mulut Bunga sariawan. Padahal dokter sudah menjelaskan bahwa itu adalah jamur.
Berkali-kali bunga Bapil dan harus di nebule. Berbagai merek Sufor sudah di coba. Dokter yang menjadi langganan menceritakan. Kemungkinan Bunga ada riwayat alergi. Dia meminta saya memeriksakan Bunga ke spesialis anak. Beberapa kali ganti dokter umum semua menyatakan Bunga itu alergi. 

Saya memutuskan resign. Setelah 2 kali bunga opname karena sesak nafas disertai diare berat. Dan tekanan demi tekanan datang. Saya pun semakin Aware. Bertemu banyak dokter membuat saya jadi sangat kritis. Saya cari tahu apa saja penyebab Alergi. Dan bagaimana menanggulanginya. Tetapi semua jawaban hampir sama. Saya belum menemukan dokter yang bisa menjelaskan secara spesifik. 
Di usianya yang ke tiga tahun  Bunga hanya 10 kg saja beratnya. Kecil dan kurus kering. Sedih melihat dia tidak seperti anak lain yang ceria. Semakin drop ketika suatu hari dibulan November 2014 lagi lagi Bunga harus opname. Kali ini bikan karena asmanya tetapi karena suatu penyakit langka. Hemolitic Anemia. Suatu keadaan dimana sel darah merah rusak sebelum waktunya dan menyebabkan HB nya drop dengan nilai 4. Observasi dan interview dokter menyimpulkan. Hemolitic anemia Bunga karena Auto imun. Riwayat  medis meunjukkan dokter yang lama selalu meresepkan anti biotik dan dosisnya terus bertambah. Tubuhnya menciptakan antibodi yang berbalik mmenyerang dirinya sendiri. Ahh. Sedihnya saya. Selanjutnya hari hari saya dilalui dengan perjalan mondar mandir ke Rumah sakit. 
Kembali saya di Interview, pertanyaan dari data mendasar tentang berat lahir, sampai riwayat alergi dalam keluarga. Saya tidak punya alergi  tetapi data menunjukkan 15% anak alergi terlahir bukan dari ibu yang alergi.

Pengetahuan baru dari saya. Saya telaah dan saya ingat ingat bahwa keluarga saya lah pembawa gen alergi. Ketika tiba pertanyaan apakah Bunga mendapat ASI eksklusif dan jawaban saya tidak, dokter berkata. "Padahal kalau Bunga ASI eksklusif bisa dikurangi resiko alerginya."
Pernyataan dokter itu menampar-nampar saya. Rasa bersalah kembali menggelayut. Saya tidak bisa mengulang waktu kembali. Yang bisa saya tebus adalah saya harus membayar lunas untuk kesembuhan. Berapa kalipun saya akan tetap rela bolak balik ke Rumah sakit untuk Bunga terapi. 

Birth 3
  Di usia 4 tahun Bunga, saya melahirkan sang Adik. Jagoan kecil bernama Bima. Tekad saya sudah bulat. Saya harus resign. Biarlah saya hidup seadanya. Masa kecil mereka hanya datang sekali dan saya tidak ingin melewatkan itu. Tugas pertama saya adalah mengedukasi suami. Tentang pentingnya ASI untuk anak-anak yang berpotensi Alergi. Tak ingin kecolongan. Sepulang dari Rumah sakit saya melarang siapapun memberikan susu Formula dengan dot. Saya memang masih membantu dengan Sufor karena ASI saya belum keluar. Semua berkata kasihan Bimanya. Gak puas minumnya perutnya lapar. Dan saya tidak perduli. Saya tetap Bandel melarang Bima minum sufor dari dot. Alhamdulillah usaha saya tidak sia-sia, dihari ketiga ASI saya berlimpah. Bima pun minum dengan lahap, sembari saya bisikkan di telinganya "sehat terus ya nak".
Bertahan sampai Usia 4 bulan Bima ASI eksklusif. Dengan saran dari dokter yang mengawasi Bima diijinkan MP ASI dini karena dia sudah minta makan, setiap sendok di dekatkan dia langsung membuka mulut. Berbeda dengan Bunga yang trauma makan karena MP ASI dini yang dipaksakan. 

Setiap anak memang punya cerita tersendiri, tetapi satu hal yang sama mereka membutuhkan ASI, tugas kita sebagai ibu lah untuk mengusahakannya. ASI adalah makanan pokok para bayi, sayangnya di Indonesia terlalu banyak mitos tentang Kehamilan dan Menyusui yang ternyata menyesatkan dan merugikan anak anak. ASI adalah hak setiap anak. Bukan berarti menyudutkan yang tidak bisa menysui karena satu atau dua hal. 
Mari kita rubah paradigma di masyarakat agar mencari ilmu dan wawasan yang lebih banyak agar tidak terjebak dalam mitos menyesatkan yang pada akhirnya merugikan anak anak kita sendiri.
Mari kita yakinkan perempuan di sekitar kita bahwa ASI adalah yang terbaik, melebihi Susu Formula paling mahal sekalipun. Bersama sama kita dukung para ibu-ibu muda untuk bersedia tetap menyusui bayinya. Mencari solusi setiap kendala dalam menysusui. Pun para ayah muda tentu berperan besar terhadap keberlangsungan seorang ibu menyusui anaknya. Dukungan dan full support dari suami tentu menjadi motivasi tersendiri bagi para ibu. 

Dalam moment  Pekan ASI Dunia kita sebarkan semangat positive keseluruh perempuan Indonesia  untuk menyusui dan memberikan ASI ekssklusif pada buah hatinya, karena anak-anak lah penerus kita. Kelak merekalah yang menjadibpemimpin -pemimpin bangsa.
Anak Indonesia sehat dan kuat serta tangguh, dimulai dari pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan.

Surabaya 2 Agustus 2016
Ninuk Sumar.

Http://duniabiza.com/category/moms/