Petisi petasan
Begini, yang ga setuju boleh bilang saya lebai, boleh bilang saya Alay.
Tapi yang saya rasakan ini sebel yang asli keluar dari hati yang paling dalam
Ceritanya saya tadi bawa motor, deket perempatan ada segerombolan anak laki laki usia sekolah dasar berkumpul, saya pertama cuek aja, tapi pas di depan mereka lalu duarrrr ada petasan meledak di udara.
Spontan saya kaget dan ngerem mendadak, lalu ada clekit saya ngerasa pada pipi saya terasa perih kayak habis kesentil. Seperti ada benda kecil tajam yang terlempar di muka saya.
Selasa, 04 Juli 2017
Kamis, 25 Mei 2017
No Mercy
Hari ini, untuk ribuan kalinya aku berubah kembali, menjadi seorang monster menyeramkan.
Buat kedua buah hatiku sayang. Maafkan bunda anak ku. Entah masihkah tersisa sebuah kata maaf bagiku.
Ibu macam apa aku yang tega memukul, menampar dan mencubit anak sebaik dan semanis mereka.
Rasanya aku tak sanggup berdiri di depan cermin dan liat wajahku sendiri.
Dan aku masih saja mencari pembenaran atas itu semua dengan menyelahkan masa lalu, inner child yang masih belum bisa ku kendalikan.
Masa kecilku memang tidak bahagia, masih ada tumpukan luka yang masih belum tertutup sempurna. Tetapi haruskah aku menjadi sosok monster bagi anak anak ku juga.
Anak ku sayang, bisakah kita hilangkan yang terjadi hari ini dari memorimu.
Bisakah kita putar waktu ke hari kemarin.
Anakku maafkan aku atas ketidak sempurnaanku. Aku telah berbuat dzalim atas ketidak berdayaanmu.
Anakku tak sepatutnya aku begitu, bukan berarti bila aku di perlakukan dengan cara itu engkau berhak mendapatkan perlakuan yang sama.
Suatu hari aku berharap engkau membaca ini dan mengerti seberapa dalam luka di hatiku,
Inilah hidup kita, takdir kita. Kamu tidak pernah memilih terlahir dari rahimku tetapi aku yang meminta engkau kepada Nya.
Aku yang mengharapkan kehadiran mu tidak sepatutnya aku begitu.
#maaf
Hari ini, untuk ribuan kalinya aku berubah kembali, menjadi seorang monster menyeramkan.
Buat kedua buah hatiku sayang. Maafkan bunda anak ku. Entah masihkah tersisa sebuah kata maaf bagiku.
Ibu macam apa aku yang tega memukul, menampar dan mencubit anak sebaik dan semanis mereka.
Rasanya aku tak sanggup berdiri di depan cermin dan liat wajahku sendiri.
Dan aku masih saja mencari pembenaran atas itu semua dengan menyelahkan masa lalu, inner child yang masih belum bisa ku kendalikan.
Masa kecilku memang tidak bahagia, masih ada tumpukan luka yang masih belum tertutup sempurna. Tetapi haruskah aku menjadi sosok monster bagi anak anak ku juga.
Anak ku sayang, bisakah kita hilangkan yang terjadi hari ini dari memorimu.
Bisakah kita putar waktu ke hari kemarin.
Anakku maafkan aku atas ketidak sempurnaanku. Aku telah berbuat dzalim atas ketidak berdayaanmu.
Anakku tak sepatutnya aku begitu, bukan berarti bila aku di perlakukan dengan cara itu engkau berhak mendapatkan perlakuan yang sama.
Suatu hari aku berharap engkau membaca ini dan mengerti seberapa dalam luka di hatiku,
Inilah hidup kita, takdir kita. Kamu tidak pernah memilih terlahir dari rahimku tetapi aku yang meminta engkau kepada Nya.
Aku yang mengharapkan kehadiran mu tidak sepatutnya aku begitu.
#maaf
Rabu, 01 Februari 2017
Minggu, 29 Januari 2017
Selasa, 03 Januari 2017
Langganan:
Postingan (Atom)